REFORMASI
A. Sejarah Reformasi
Pemerintahan Soeharto akhirnya jatuh Mei 1998 sehingga
Indonesia memasuki tonggak sejarah baru, yaitu orde reformasi. Kejatuhan rezim Soeharto
diawali krisis moneter sejak
Juli 1997. Mata uang rupiah dan negara-negara Asia Tenggara terpukul. Pada
tanggal 1 Agustus 1977 nilai rupiah turun dari Rp 2.575 menjadi Rp 2.603 per
dolar AS. Kemudian, 1 Desember 1997 menjadi Rp 5.000 per dolar AS. Pada Maret
1998 terpuruk hingga Rp 16.000 per dolar AS. Krisis moneter tersebut membuat
pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 0%, bisnis lesu dan 16 bank dilikuidasi.
Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) yang ke-6 akhirnya kandas, padahal Soeharto
mencanangkan tahapan “tinggal landas”, dari negara agraris menuju negara
industri kandas pada tahun 1994-1999. Peristiwa yang mempercepat jatuhnya
pemerintahan Orde Baru dan muculnya reformasi adalah presiden Soeharto menghadiri KTT G-15
di Kairo padahal kondisi
dalam negeri sedang krisis.
Empat mahasiswa Trisakti pada tanggal 13 Mei 1998 menjadi korban aparat, kemudian
dianugerahi sebagai Pahlawan
Reformasi. Mahasiswa yang gugur dalam peristiwa Trisakti pada tahun
1998 tersebut adalahElang Mulia Lesmana, Hery Hartanto, Hadifin Royan,
Hendriawan Sie. Gerakan reformasi yang dimoroti unjuk rasa mahasiswa
berhasil memaksa Presiden Soeharto yang tercatat sebagai presiden terlama
selama lebih 30 tahun akhirnya turun dari jabatannya. Soeharto terpilih untuk
ketujuh kalinya pada Sidang Umum MPR maka ia menjadi presiden tersingkat di dunia
yaitu 3 bulan dari Maret hingga Mei 1998. Agenda reformasi yang disuarakan
mahasiswa, yaitu:
1.
Adili
Soeharto dan kroninya
2.
Amandemen
UUD 1945
3.
Penghapusan
dwifungsi ABRI
4.
Otonomi
daerah yang seluas-luasnya
5.
Supremasi
hukum
6.
Pemerintahan
yang beabs dari KKN (koeupsi, kolusi, nepotisme)
Gerakan reformasi pun menuntut pembaharuan lima paket UU
politik yang dianggap menjadi sumber ketidakadilan, antara lain UU NO.1 Tahun
1985 tentang pemilihan umum.
Sebelum Presiden Soeharto menyatakan berhenti pada 21
Mei, ada peristiwa pembentukan Komite
Reformasi pada 19 Mei 1998 yang
diprakarsai Presiden Soeharto sebagai hasil rembugan dengan 10 orang tokoh
bangsa di Istana Negara. Sepuluh tokoh yang dianggap sebagai tokoh nasional dan
diajak Soeharto berunding antara lain : (1) HM. Cholil Badawi (Dewan Dakwah
Islamiyah Indonesia), (2) KH. Ali Yafie (MUI), (3) Malik Fadjar (4) Soetrisno
Muhdam (Muhammadiyah), (5) Abdurahman Wahid, (6) KH. Ma’ruf Amin (NU), (7) KH.
Abdurahman Nawi (Ulama Betawi), (8) Nurcholish Madjid, (9) Emha Ainun Nadjib
(Cendekiawan Muslim, dan (10) Yusril Ihza Mahendra (Ahli Hukum Tata Negara).
Didampingi sepuluh tokoh ini Presiden Soeharto mengumumkan terbentuknya Komite
Reformasi yang disebut Soeharto sebagai memenuhi tuntutan reformasi yang telah
digelorakan seluruh elemen rakyat Indonesia. Namun, publik tetap menolaknya.
Tampilnya B.J. Habibie sebagai presiden RI menggantikan
Soeharto adalah konstitusional, dasar hukumnya adalah UUD 1945 pasal 8.
Meskipun Pemilu tahun
1999 merupakan pemilu
pertama masa reformasi yang diikuti oleh 48
partai politik. Pemerintahan B.J. Habibie berupaya memenuhi tuntutan
reformasi dengan membentuk kabinet yang dikenal dengan nama Kabinet Reformasi Pembangunan.
Provinsi Timor Timur lepas dari NKRI melalui referendum
30 Agustus 1999. Akhirnya, laporan pertangungjawaban Presdien B.J.
Habibie ditolak karena masalah Timor Timur tersebut.
Tampilnya Abdurrahman Wahid sebagai Presdien RI
menggantikan B.J. Habibie tahun 1999 diajukan oleh “Poros Tengah”
yang merupakan aliansi partai-partai Islam seperti PPP, PAN, PKB.
Kabinet yang berhasil dibentuk oleh presiden Abudrrahman Wahiddisebut Persatuan Nasional.
Ketika Abdurrahman Wahid menjabat presdien Indonesia, ada beberapa kebijakannya
yang utama, yaitu: mendorong pluralisme dan keterbukaan, memperbolehkan Partai
Komunis hidup kembali, memutuskan Irian Jaya dinamakan Papua kembali,
mengizinkan umat Cina Konfusius untuk merayakan perayaan secara terbuka. Faktor
yang memengaruhi dipercepatnya Sidang Istimewa pada tahun 2001 dengan agenda
memberhentikan Presiden Abdurrahman Wahid adalah dekrit pembubaran legislatif.
Stabilitas politik mulai terjaga para era Megawati karena
Megawati tidak seperti Gus Dur berani tidak popular dengan mengambil kebijakan
yang kontroversial. Namun, prestasi Megawati yang dapat kita nikmati sampai
sekarang, yaitu lahirnya lembaga KPK
(Komisi Pemberantasan Korupsi)dibentuk pada tahun 2003. Kemudian,
bandul reformasi berlanjut dengan pemilihan
presiden langsung .
Presiden SBY yang menjabat sejak 2004 dipilih secara langsung oleh rakyat
Indonesia. Kemudian, SBYmembentuk Kabinet Indonesia Bersatu.
B. Peristiwa Reformasi
Kerusuhan Mei 1998 adalah kerusuhan yang
terjadi di Indonesia pada 13 Mei-15 Mei 1998, khususnya di Ibu
Kota Jakartanamun
juga terjadi di beberapa daerah lain. Kerusuhan ini diawali oleh krisis finansial Asia dan dipicu
oleh tragedi Trisakti di mana empat
mahasiswa Universitas Trisakti ditembak dan terbunuh
dalam demonstrasi 12 Mei 1998. Dan penurunan jabatan Presiden Soeharto
Pada kerusuhan ini
banyak toko dan perusahaan dihancurkan oleh amuk massa—terutama milik warga
Indonesia keturunanTionghoa[1].
Konsentrasi kerusuhan terbesar terjadi di Jakarta,
Medan dan Surakarta. Terdapat ratusan wanita keturunanTionghoa yang
diperkosa dan mengalami pelecehan seksual dalam kerusuhan tersebut[2][3].
Sebagian bahkan diperkosa beramai-ramai, dianiaya secara sadis, kemudian
dibunuh. Dalam kerusuhan tersebut, banyak warga Indonesia keturunanTionghoa yang
meninggalkan Indonesia. Tak hanya itu, seorang aktivis relawan kemanusiaan
yang bergerak di bawah Romo Sandyawan,
bernama Ita Martadinata Haryono, yang masih
seorang siswi SMU berusia 18 tahun, juga diperkosa, disiksa, dan dibunuh karena
aktivitasnya. Ini menjadi suatu indikasi bahwa kasus pemerkosaan dalam Kerusuhan
ini digerakkan secara sistematis, tak hanya sporadis.
Amuk massa ini membuat
para pemilik toko di kedua kota tersebut ketakutan dan menulisi muka toko
mereka dengan tulisan "Milik pribumi" atau "Pro-reformasi".
Sebagian masyarakat mengasosiasikan peristiwa ini dengan peristiwa Kristallnacht diJerman pada
tanggal 9 November 1938 yang
menjadi titik awal penganiayaan terhadap orang-orang Yahudi dan
berpuncak pada pembunuhan massal yang sistematis atas
mereka di hampir seluruh benua Eropa oleh
pemerintahan Jerman Nazi.
Sampai bertahun-tahun
berikutnya Pemerintah Indonesia belum mengambil tindakan apapun terhadap
nama-nama yang dianggap kunci dari peristiwa kerusuhan Mei 1998. Pemerintah
mengeluarkan pernyataan yang menyebutkan bahwa bukti-bukti konkret tidak dapat
ditemukan atas kasus-kasus pemerkosaan tersebut, namun pernyataan ini dibantah
oleh banyak pihak.
Sebab dan alasan
kerusuhan ini masih banyak diliputi ketidakjelasan dan kontroversi sampai hari
ini. Namun umumnya masyarakat Indonesia secara keseluruhan setuju bahwa
peristiwa ini merupakan sebuah lembaran hitam sejarah Indonesia, sementara
beberapa pihak, terutama pihak Tionghoa, berpendapat ini merupakan tindakan
pembasmian (genosida) terhadap orang Tionghoa, walaupun masih menjadi
kontroversi apakah kejadian ini merupakan sebuah peristiwa yang disusun secara
sistematis oleh pemerintah atau perkembangan provokasi di kalangan tertentu
hingga menyebar ke masyarakat.
Kronologis Peristiwa Reformasi/Berakhirnya
Masa Jabatan Soeharto
1.
22 Januari 1998
Rupiah tembus 17.000,- per dolar AS, IMF tidak menunjukkan rencana bantuannya.
Rupiah tembus 17.000,- per dolar AS, IMF tidak menunjukkan rencana bantuannya.
2. 12
Februari 1998
Soeharto menunjuk Wiranto, menjadi
Panglima Angkatan Bersenjata.
3.
5 Maret 1998
20 Mahasiswa Universitas
Indonesia mendatangi gedung DPR/MPR untuk menyatakan penolakan terhadap pidato
pertanggungjawaban presiden yang disampaikan pada Sidang Umum MPR dan
menyerahkan agenda Reformasi Nasional. Mereka diterima oleh fraksi ABRI.
4. 10 Maret 1998
Soeharto terpilih kembali untuk masa
jabatan lima tahun yang ketujuh kali dengan menggandeng B.J. Habibie sebagai
Wakil Presiden
5. 14
Maret 1998
Soeharto mengumumkan cabinet baru yang
dibamai dengan Kabinet Pembangunan VII.Bob Hasan dan anak Soeharto, Siti
Hardiyanti Rukmana terpilih sebagai menteri.
6. 1 Mei
1998
Soeharto melalui Menteri Dalam Negeri
Hartono dan Menteri Penerangan Alwi Dahlan mengatakan bahwa reformasi baru bisa
dimulai tahun 2003.
7. 2 Mei 1998
Pernyataan itu diralat dan kemudian
dinyatakan bahwa Soeharto mengatakan reformasi bisa dilakukan sejak sekarang
(1998).
8. 4 Mei
1998
Harga BBM meroket 71%, disusul 3 hari
kerusuhan di Medan dengan korban sedikitnya 6 meninggal.
9. 7 Mei
1998
Peristiwa
Cimanggis,
bentrokan antara mahasiswa dan aparat keamanan terjadi di kampus Fakultas
Teknik Universitas
Jayabaya,Cimanggis yang mengakibatkan sedikitnya 52
mahasiswa dibawa ke RS Tugu Ibu, Cimanggis. Dua di antaranya terkena tembakan
di leher dan lengan kanan, sedangkan sisanya cedera akibat pentungan rotan dan
mengalami iritasi mata akibat gas air mata.
10. 8 Mei
1998
Peristiwa Gejayan, 1 mahasiswa
Yogyakarta tewas terbunuh.
11. 9 Mei
1998
Soeharto Berangkat seminggu ke Mesir untuk
menghadiri pertemuanKTT G-15. Ini merupakan lawatan terakhirnya keluar
negeri sebagai Presiden RI.
12.
12 Mei 1998
Tragedi Trisakti, 4 Mahasiswa
Trisakti terbunuh.
13. 13Mei1998
Kerusuhan Mei 1998 pecah di Jakarta. Kerusuhan juga terjadi di kota Solo. Soeharto yang sedang menghadiri pertemuan negara-negara berkembang G-15 di Kairo, Mesir, memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Sebelumnya, dalam pertemuan tatap muka dengan masyarakat Indonesia di Kairo, Soeharto menyatakan akan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden. Etnis Tionghoa mulai eksodus meninggalkan Indonesia.
Kerusuhan Mei 1998 pecah di Jakarta. Kerusuhan juga terjadi di kota Solo. Soeharto yang sedang menghadiri pertemuan negara-negara berkembang G-15 di Kairo, Mesir, memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Sebelumnya, dalam pertemuan tatap muka dengan masyarakat Indonesia di Kairo, Soeharto menyatakan akan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden. Etnis Tionghoa mulai eksodus meninggalkan Indonesia.
14.
14 Mei 1998
Demonstrasi terus bertambah besar hampir di seluruh kota-kota di Indonesia, demonstran mengepung dan menduduki gedung-gedung DPRD di daerah.
Demonstrasi terus bertambah besar hampir di seluruh kota-kota di Indonesia, demonstran mengepung dan menduduki gedung-gedung DPRD di daerah.
15.
18 Mei 1998
Ketua MPR yang juga ketua Partai Golkar,
Harmoko, meminta Soeharto untuk turun dari jabatannya sebagai presiden. Jenderal Wiranto mengatakan bahwa pernyataan Harmoko tidak mempunyai dasar hokum. Wiranto
mengusulkan pembentukan "Dewan Reformasi". Gelombang pertama mahasiswa dari FKSMJ, Forum Kota, UI dan
HMI MPO memasuki halaman dan menginap di Gedung DPR/MPR. Mahasiswa menduduki Gedung DPR/MPR.
16.
19 Mei 1998
Soeharto berbicara di TV, menyatakan dia
tidak akan turun dari jabatannya, tetapi menjanjikan pemilu baru akan
dilaksanakan secepatnya. Beberapa tokoh Muslim, termasuk Nurcholish Madjid dan
Abdurrahman Wahid, bertemu dengan Soeharto. Ribuan mahasiswa menduduki Gedung
DPR/MPR, Jakarta. Dilaporkan Bentrokan terjadi dalam demonstrasi di
Universitas Airlangga, Surabaya.
17. 20 Mei
1998
Amien Rais membatalkan rencana demonstrasi
besar-besaran di Monas, setelah 80.000 tentara bersiaga di kawasan Monas. 500.000 orang berdemonstrasi di
Yogyakarta, termasuk Sultan Hamengkubuwono X. Demonstrasi besar lainnya juga
terjadi di Surakarta, Medan, Bandung.Harmoko mengatakan Soeharto sebaiknya
mengundurkan diri pada Jumat, 22 Mei, atau DPR/MPR akan terpaksa memilih
presiden baru. Sebelas menteri
kabinet mengundurkan diri, termasuk Ginandjar Kartasasmita, milyuner kayu Bob
Hasan, dan Gubernur Bank Indonesia Syahril Sabirin.
18.
21 Mei 1998
Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya
pada hari Kamis 21 Mei 1998 pukul 9.00 WIB di Istana Merdeka. Wakil Presiden B.J. Habibie menjadi
presiden baru Indonesia. Jenderal Wiranto mengatakan ABRI akan tetap melindungi
presiden dan mantan-mantan presiden. Terjadi perdebatan tentang proses transisi
ini. Yusril Ihza Mahendra, salah satu yang pertama mengatakan bahwa proses
pengalihan kekuasaan adalah sah dan konstitusional.
19. 22Mei1998
Habibie mengumumkan susunan "Kabinet Reformasi". Letjen Prabowo Subiyanto dicopot dari jabatan Panglima Kostrad. Di Gedung DPR/MPR, bentrokan hampir terjadi antara pendukung Habibie yang memakai simbol-simbol danAtribut keagamaan dengan mahasiswa yang masih bertahan di Gedung DPR/MPR. Mahasiswa menganggap bahwa Habibie masih tetap bagian dari Rezim Orde Baru. Tentara mengevakuasi mahasiswa dari Gedung DPR/MPR ke Universitas AtmaJaya.
Habibie mengumumkan susunan "Kabinet Reformasi". Letjen Prabowo Subiyanto dicopot dari jabatan Panglima Kostrad. Di Gedung DPR/MPR, bentrokan hampir terjadi antara pendukung Habibie yang memakai simbol-simbol danAtribut keagamaan dengan mahasiswa yang masih bertahan di Gedung DPR/MPR. Mahasiswa menganggap bahwa Habibie masih tetap bagian dari Rezim Orde Baru. Tentara mengevakuasi mahasiswa dari Gedung DPR/MPR ke Universitas AtmaJaya.
C. Faktor Penyebab Reformasi
Banyak hal yang mendorong terjadinya
peristiwa reformasi,yaitu terjadinya berbagai macam krisis. Terutama
ketidakadilan dalam bidang politik,ekonomi dan hokum. Tekad Orde Baru pada awal
kemunculannya pada tahun 1966 adalah akan melaksanakan Pancasiladan UUD 1945
secara murni dan konsekuen dalam tatanan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Setelah Orde Baru memegang tumpuk
kekuasaan dalam mengendalikan pemerintahan,muncul suatu keinginan untuk terus
menerus mempertahankan kekuasaannya atau status quo. Hal ini menimbulkan
akses-akses nagatif, yaitu semakin jauh dari tekad awal Orde Baru tersebut.
Akhirnya penyelewengan dan penyimpangan dari nilai-nilai Pancasila dan
ketentuan-ketentuan yang terdapat pada UUD 1945,banyak dilakukan pada
pemerintahan masa orde baru.
1. Krisis
Politik
Permasalahan politik muncul karena
demokrasi yang tidak dilaksanakan dengan semestinya, sehingga terdapat kesan
bahwa kedaulatan berada di tangan pihak/kelompok tertentu bahkan lebih banyak
dipegang oleh kelompok penguasa. Segala kebijakan yang dibuat oleh pemerintah
orde baru selalu dengan alasan dalam kerangka pelaksanaan demokrasi
Pancasila,namun yang sebenarnya terjadi adalah dalam rangka mempertahankan
kekuasaan penguasanya (Soeharto). Padahal dalam UUD 1945 Pasal 2 telah
disebutkan bahwa “kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya
oleh MPR”. Pada dasarnya secara hokum kedaulatan rakyat tersebut dilakukan oleh
MPR sebagai wakil-wakil rakyat, namun faktanya angora MPR sudah diatur dan di
rekayasa,sehingga sebagian besar anggota MPR diangkat berdasarkan ikatan
kekeluargaan (nepotisme).
Keadaan ini mendorong munculnya rasa tidak
percaya dari masyarakat terhadap wakil-wakil mereka tersebut (MPR & DPR).
Ketidakpercayaan tersebutlah yang mendorong munculnya gerakan reformasi. Selain
itu,pada masa orde baru pemerintah juga tidak berhasil membangun kehidupan
politik yang terbuka ,demokratis,jujur dan adil. Pemerintah bersikap
tertutup.otoriter dan personal. Masyarakat yang memnerikan kritik terhadap
pemerintah akan dianggap anti pemerintah,menghina kepala Negara,dan anti
pancasila. Akibatnya kehidupan berbangsa dan bernegara yang demokratis tidak
terwujud. Golkar yang menjadi partai besar pada masa itu doperalat oleh
pemerintah orde baru untuk mengamankan kehendak penguasa.
Kehidupan politik pada masa orde baru
memang bersifat represif, yaitu adanya tekanan yang kuat dari pemerintah
terhadap pihak oposisi atau orang-orang yang berpikir kritis,dimana cirri-ciri
kehidupan politik yang represif diantaranya adalah :
a.
Setiap orang atau
kelompok yang mengkritik kebijakan pemerintah dituduh sebagai tindakan
subversif (menentang Negara Kesatuan Republik Indonesia).
b.
Pelaksanaan Lima Paket UU
Politik yang melahirkan demokrasi semu atau demokrasi rekayasa
c.
Terjadinya KKN yang
merajalela dan masyarakat tidak memiliki kebebasan untuk mengontrolnya.
d.
Pelaksanaan dwi fungsi
ABRI yang memasung kebebasan setiap warga Negara sipil untuk ikut
berpartisipasi dalam pemerintah
e.
Terciptanya masa
kekuasaan presiden yang tak terbatas. Mekipun Soeharto terpilih menjadi
presiden melalui sidang Umum MPR namun pemilihan tersebut merupakan hasil
rekayasa dan tidak demokratis.
Gerakan reformasi menuntut terjadinya
perombakan/reformasi total disegala bidang termasuk keanggotaan MPR,DPR yang
menurut masyarakat sarat dengan unsure KKN. Gerakan reformasi juga menuntut
agar dilakukan pembaharuan terhadap lima paket undang-undang politik yang
dianggap menjadi sumber ketidakadilan,yaitu diantaranya :
a.
UU No 1 Tahun 1985 tentang Pemilihan Umum
b.
UU No 2 Tahun 1985 tentang
Susunan,Kedudukan,Tugas,dan Wewenang DPR/MPR
c.
UU No 3 Tahun 1985 tentang Partai Politik
dan Golongan Karya
d.
UU No 5 Tahun 1985 tentang Referendum
e.
UU No 8 Tahun 1985 tentang Organisasi
Massa
Kondisi dan situasi politik di Indonesia
semakin memburuk setelah terjadinya peristiwa kelabu pada tanggal 27 Juli 1996.
Peristiwa ini muncul sebagai akibat terjadinya pertikaian di dalam internal
Partai Demokrasi Indonesia. Krisis politik sebagai salah satu factor pendorong
reformasi bukan hanya menyangkut masalah internal PDI saja namun masyarakat
menuntut adanya reformasi baik didalam kehidupan masyarakat maupun pemerintah
Indonesia. Pada masa itu sikap pemerintah akan sangat keras terhadap siapapun
yang berani memberikan kritik maupun menentang terhadap kebijakan pemerintah.
Selain itu masyarakat juga menuntut adanya pembatasan masa jabatan presiden.
2. Krisis Hukum
Rekayasa-rekayasa yang dibangun
pemerintahan Orde Baru tidak terbatas pada bidang politik. Dalam bidang hukum
pun, pemerintah melakukan intervensi. Artinya,kekuasaan peradilan harus
dilaksanakan untuk melayani kepentingan para penguasa dan bukan untuk melayani
masyarakat dengan penuh keadilan. Bahkan,
hukum sering dijadikan alat pembenaran para penguasa.
Kenyataan itu bertentangan dengan
ketentuan pasa 24 UUD 1945 yang menyatakanbahwa”kehakiman memiliki kekuasaan
yang merdeka dan terlepas dari kekuasaan pemerintah (eksekutif)”. Dengan adanya
ketidakadilan-ketidakadilan di bidang hokum tersebut mendorong masyarakat untuk
menuntut adanya reformasi. Mahasiswa sebagai salah satu motor penggerak adanya
reformasi juga melakukan tuntutan dalam bidang hokum agar dapat menddudukkan
masalah-masalah hokum pada kedudukan atau posisi yang sesunggunya.
3. Krisis
Ekonomi
Dengan adanya krisis yang melanda
Negara-negara Asia Tenggara pada bulan Juli 1996 ternyata juga mempengaruhi
kondisi perekonomian Indonesia. Indonesia belum mampu menghadapi krisis global
yang melanda dunia. Krisis ekonomi Indonesia diawali dengan melemahnya nilai
tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Pada tanggal 1 Agustus 1997,
nilai tukar rupiah turun dari Rp 2,575.00 menjadi Rp 2,603.00per dollar Amerika
Serikat. Pada bulan Desember 1997, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika
Serikat turun menjadi Rp 5,000.00 per dollar. Bahkan, pada bulan Maret 1998,
nilai tukarrupiah terus melemah dan mencapai titik terendah, yaitu Rp 16,000.00
per dollar.
Ketika nilai tukar rupiah semakin melemah
maka pertumnbuhan ekonomi Indonesia menjadi 0% dan berakibat pada iklim bisnis
yang semakin lesu. Akibatnya banyak perusahaan ditutup yang berimbas pada
naiknya jumlah pengangguran dan naiknya tingkat kemiskinan. Selain itu,daya
beli menjadi rendah dan sulit mencari bahan-bahan kebutuhan pokok.
Kondisi moneter Indonesia mengalami
keterpurukan yaitu dengan dilikuidasikannya sejumlah bank pada akhir tahun
1997. Sementara itu untuk membantu bank bank yang bermasalah, pemerintah
membentuk Penyehatan Perbankan Nasional (KLBI). Namun usaha yang dilakukan
pemerintah ini tidak memberikan hasil karena pinjaman bank-bank
bermasalah tersebut semakin bertambah besar dan tidak dapat dikembalikan begitu
saja.
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia
tidak dapat dipisahkan dari berbagai kondisi, seperti:
a. Hutang
luar negeri Indonesia
yang sangat besar menjadi penyebab terjadinya krisis ekonomi. Meskipun, hutang itu bukan sepenuhnya hutang Negara
(hutang swasta), tetapi sangat besar pengaruhnya terhadap upaya-upaya untuk
mengatasi krisis ekonomi. Utang yang menjadi tanggungan Negara hingga 6
Februari 1998 mencapai 63,462 miliar dollar AS,sedangkan hutang swasta mencapai
73,962 miliar dollar AS. Akibat dari hutang tersebut maka kepercayaan luar
negeri terhadap Indonesia semakin menipis.keadaan seperti ini juga dipengaruhi
oleh keadaan perbankan Indonesia yang dianggap tidak sehat karena adanya kolusi
dan korupsi serta tingginya kredit macet.
b. Industrialisasi
Pemerintah
Orde Baru ingin menjadikan negara RI sebagai Negara industri. Keinginan itu
tidak sesuai dengan kondisi nyata masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia
merupakan sebuah masyarakat agraris dengan tingkat pendidikan yang sangat
rendah (rata-rata).
c.
Pemerintahan Sentralistik
Pemerintahan
Orde Baru sangat sentralistik sifatnya sehingga semua kebijakan ditentukan dari
Jakarta. Oleh karena itu, peranan pemerintah pusat sangat menentukan dan
pemerintah daerah hanya sebagai kepanjangan tangan pemerintah pusat.
Pelaksanaan poitik sentralistik ini terlihat dari sebagian besar kekayaan di
daerah-daerah diangkut ke pusat. Hal ini menimbulkan ketidakpuasan pemerintah
dan rakyat di daerah terhada[p pemerintah pusat.
Krisis
moneter tidak hanya menimbulakan kesulitan keuangan Negara tetapi juga telah
menghancurkan keuangan nasional. Mamasuki tahun anggaran 1998/1999 krisis
moneter yelah mempengaruhi aktivitas ekonomi lainnya. Kondidsi perekonomian
semakin memburuk karena pada akhir 1997 persediaan sembako di pasaran mulai
menipis. Hal ini mengakibatkan harga-harga barang naik secara tidak terkendali.
Kelaparan dan kekurangan makanan mulai melanda masyarakat.
Untuk
mengatasi kesulitan moneter,pemerintah meminta bantuan IMF. Namun kucuran dana
daii IMF yang sangat diharapkan oleh pemerintah belum terrealisasi walaupun
pada tanggal 15 Januari 1998 Indonesia telah ,menandatangani 50 butir
kesepakatan (letter of intent atau LOL) dengan IMF. Beban kehidupan masyarakat
pun semakin berat ketika pada tanggal 12 Mei 1998 pemerintah mengumumkan
kenaikan ongkos angkutan dan BBM. Dengan itu,barang kebutuhan ikut naik dan
masyarakat semakin sulit memenuhi kebutuhan hidup.
4. Krisis
Kepercayaan
Dengan adanya krisis ekonomi.politik dan
hokum mengakibatkan adanya krisis kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.
Masyarakat menjadi hilang kepercayaan kepada pemerintah. Dengan adanya berbagai
penderitaan ekonomi dan politik yang dialami masyarakat mendorong terjadinya
perilaku negative dan anarkhis. Beban yang semakin berat serta tidak adanya
kepastian kapan berakhirnya penederitaan yang mereka alami mengakibatkan
masyarakat frustasi dan semakin membuat masyarakat tidak percaya kepada
pemerintah. Ketidakpuasan ini ditunjukkan dengan melakukan demonstrasi
besar-besaran yang banyak berakhir pada kerusuhan yang memakan banyak korban di
beberapa daerah.
D. Tujuan Reformasi
1.
Memperbaharui tatanan
kehidupan masyarakat, berbangsa, bemegara, agar sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila dan UUD 1945.
2. Reformasi politik bertujuan tercapainya demokratisasi.
3. Reformasi ekonomi bertujuan meningkatkan tercapainya masyarakat.
4.
Reformasi hukum
bertujuan tercapainya keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia Reformasi sosial
bertujuan terwujudkan integrasi bangsa Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar