BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam pemahaman umum, bahasa
Indonesia sudah diketahui sebagai alat berkomunikasi. Setiap situasi
memungkinkan seseorang memilih variasi bahasa yang akan digunakannya. Berbagai
faktor turut menentukan pemilihan tersebut, seperti penulis, pembaca, pokok
pembicaraan, dan sarana.
Dalam situasi resmi, misalnya
dalam kegiatan ilmiah, sudah sepantasnya digunakan bahasa Indonesia ragam baku.
Salah satu ciri ragam bahasa ilmiah ialah benar (Nazar, 2004: 101; bandingkan
pula Djajasudarma, 1999: 128). Pemahaman benar yaitu menyangkut kesesuaian
dengan kaidah bahasa Indonesia baku. Ragam bahasa baku dipahami sebagai ragam
bahasa yang dipandang sebagai ukuran yang pantas dijadikan standar dan memenuhi
syarat sebagai ragam bahasa orang yang berpendidikan. Kaidah yang menyertai
ragam baku mantap, tetapi tidak kaku, cukup luwes sehingga memungkinkan
perubahan yang bersistem dan teratur di berbagai bidang. Hal ini tentu saja
dalam kerangka bahasa Indonesia yang baik dan benar. Baik dalam pemahaman
sesuai dengan situasi dan benar dalam pemahaman sesuai dengan kaidah tata
bahasa (Sugihastuti, 2003: 9).
Bahasa dalam laporan penelitian,
sebagaimana telah dijelaskan, memilih ragam baku sebagai sarananya, benar
kaidahnya, dan memenuhi ciri sebagai ragam standar orang berpendidikan. Namun,
pada kenyataannya masih banyak ditemukan kesalahan dalam berbagai tataran
bahasa, termasuk dalam penggunaan Ejaan bahasa Indonesia yang Disempurnakan
(EYD). Ejaan sebagaimana telah dipahami bersama adalah keseluruhan peraturan
bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran dan bagaimana antarhubungan antara
lambang itu. Secara teknis yang dimaksud ejaan adalah penulisan huruf,
penulisan kata, dan pemakaian tanda baca (Arifin & Tasai, 2004: 170; baca
pula Mustakim, 1996; Rahardi, 2003). Oleh karena itu, penguasaan ejaan mutlak
diperlukan bagi seseorang yang berkecimpung dalam kegiatan ilmiah. Berikut ini
disajikan kaidah ejaan yang sering dilanggar berikut pembetulannya
(contoh-contoh diambil dari Nazar, 2004).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan EYD dan
bahasa?
2. Bagaimana ejaan dan kaidah kata
tulisan yang benar?
3. Jelaskan ruang lingkup EYD !
1.3 Tujuan
1. Dapat
menjelaskan tentang Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
2. Dapat
memahami fungsi dari macam-macam tanda baca yang ada
3. Dapat
memahami tata cara dan letak dalam penggunaan tanda baca
4. Dapat
membuat sebuah karya tulis dengan tanda baca yang baik dan benar
5. Dapat
memahami dan mengembangkan tulisan dengan tanda baca yang baik dan benar
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian EYD dan Bahasa
Menurut
Chaer (2006: 36) ejaan adalah konvensi grafts, perjanjian di antara anggota
masyarakat pemakai suatu bahasa untuk menuliskan bahasanya, yang berupa
pelambangar fonem dengan huruf, mengatur cara penulisan kata dan penulisan
kalimat, beserta dengan tanda-tanda bacanya.
Wirjosoedarmo (1984: 61)
berpendapat bahwa ejaan adalah aturan menuliskan bunyi ucapan dalam bahasa
dengan tanda-tanda atau lambang-lambang.
Keraf (1984: 47) berpendapat
bahwa ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana menggambarkan
lambang-larnbang bunyi-ujaran dan bagaimana inter-relasi antara lambang-lambang
itu (pemisahannya, penggabungannya) dalam suatu bahasa.
Kridalaksana
(2008: 54) mengemukakan bahwa ejaan adalah penggambaran bunyi bahasa dengan
kaidah tulis menulis yang distandarisasikan. yang la/irn mempunyai 3 aspek,
yakni aspek fonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan
penyusunan abjad, aspek morfologis yang menyangkut penggambaran satuan-satuan
morfcmis, dan aspek sintaksis yang menyangkut penanda ujaran berupa tanda baca.
Menurut KBBI
(2005: 285) ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata,
kalimat, dsb) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca.
Berdasarkan
beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa ejaan adalah kaidah-kaidah
cara menggambarkan bunyi bahasa dengan kaidah dalam bentuk tulisan yang
mempunyai 3 aspek, yakni aspek fonologis yang menyangkut penggambaran fonern
dengan huruf dan penyusunan abjad, aspek morfologis yang menyangkut
penggambaran satuan-satuan morfeinis, aspek sintaksis yang menyangkut penanda
ujaran berupa tanda baca.
EYD (Ejaan yang Disempurnakan)
adalah tata bahasa dalam Bahasa Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa
Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian dan penulisan huruf capital dan
huruf miring, serta penulisan unsur serapan. EYD disini diartikan sebagai tata
bahasa yang disempurnakan. Singkatnya EYD digunakan untuk membuat tulisan
dengan cara yang baik dan benar.
Pengertian Ejaan secara singkat ialah keseluruhan system dan
peraturan penulisan bunyi bahasa untuk mencapai keseragaman. Ejaan Yang
Disempurnakan adalah ejaan yang dihasilkan dari penyempurnaan atas ejaan-ejaan
sebelumnya.
Sedangkan Bahasa
adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbitrer yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia dan dipakai oleh masyarakat komunikasi, kerja sama dan identifikasi
diri. Bahasa lisan merupakan bahasa
primer, sedangkan bahasa tulisan adalah bahasa sekunder.Arbitrer yaitu tidak
adanya hubungan antara lambang bunyi dengan bendanya.
2.2 Ejaan dan Kaidah Kata Tulisan
Dasar yang paling baik untuk
melambangkan bunyi ujaran atau bahasa adalah satu bunyi ujaran yang membedakan
arti dilambangkan dengan satu lambang tertentu. Lambang yang dipakai untuk
mewujudkan bunyi ujaran itu biasa disebut huruf. Dengan huruf-huruf itulah
manusia dapat menuliskan gagasan yang semula hanya disampaikan secara lisan.
Keseluruhan peraturan tentang
cara menggambarkan lambang-lambang bunyi ujaran dalam suatu bahasa termasuk
masalah yang dibicarakan dalam ejaan. Yang dimaksud dengan ejaan adalah cara
melafalkan dan menuliskan huruf, kata, unsur serapan dan tanda baca. Bahasa
Indonesia menggunakan ejaan fonemik, yaitu hanya satuan bunyi yang berfungsi
dalam bahasa Indonesia yang dilambangkan dengan huruf. Jumlah lambang
diperlukan tidak terlalu banyak.
Ejaan
bahasa Indonesia yang disempurnakan berlaku sejak tahun 1972 sebagai hasil
penyempurnaan ejaan yang berlaku sebelumnya, yaitu ejaan Van Ophuysen (1901)
dan Ejaan Republik (1947). Ejaan yang berlaku dalam bahasa Indonesia sekarang
menganut sistem ejaan fonemis, yaitu satu tanda (huruf) satu bunyi, tetapi
kenyataan masih terdapat kekurangan. Kekurangan tersebut terlihat pada adanya
fonem (bunyi) yang masih dilambangkan dengan dua tanda, yaitu
/ng/,/ny/,/kh/,dan/sy/. Sebaliknya ada dua fonem yang dilambangkan dengan satu
tanda saja, yaitu /e/, pepet dan /e/taling. Hal ini dapat menimbulkan hambatan
dalam penyusunan ejaan bahasa Indonesia yang lebih sempurna. Kaidah ejaan
penulisan yang benar akan dibahas lebih lanjut di dalam ruang lingkup EYD.
2.3 Ruang Lingkup EYD
Ruang lingkup EYD
mencangkup lima aspek,
yaitu:
1.
Pemakaian huruf
a.
Huruf abjad. Ada 26 yang masing-masing memiliki jenis huruf besar dan
kecil.
b.
Huruf vokal. Ada 5: a, e, i, o, dan u. Tanda aksen é dapat digunakan
pada huruf e jika ejaan kata menimbulkan keraguan.
c.
Huruf konsonan. Ada 21: b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v,
w, x, y, dan z.
1)
Huruf c, q, v, w, x, dan y tidak punya contoh di akhir kata.
2)
Huruf x tidak punya contoh di tengah kata.
3)
Huruf q dan x digunakan khusus untuk nama dan keperluan
ilmu.
d.
Huruf diftong. Ada 3: ai, au, dan oi.
e.
Gabungan huruf konsonan. Ada 4: kh, ng, ny, dan sy.
2.
Penulisan Huruf
Penulisan Huruf Besar Dan Huruf Kapital :
a.
Huruf pertama kata ganti “Anda”.
Contoh:
Saya sudah menyerahkan uang itu
kepada Anda setahun yang lalu untuk dibelikan DVD player.
b.
Huruf pertama pada awal kalimat.
Contoh:
Anak itu memang kurang ajar.
c.
Huruf pertama unsur nama orang.
Contoh:
Yusuf Bin Sanusi
d.
Huruf pertama untuk penamaan geografi.
Contoh:
Jalan Kramat Sentiong
e.
Huruf pertama petikan langsung.
Contoh:
Pak kumis bertanya, “Siapa yang
mencuri jambu klutuk di kebunku?”
f.
Huruf pertama nama jabatan atau pangkat yang diikuti nama
orang atau instansi.
Contoh:
Sekretaris Jendral Departemen
Pendidikan Nasional
g.
Huruf Pertama pada nama Negara, Pemerintahan, Lembaga
Negara, juga Dokumen (kecuali kata dan).
Contoh:
Mahkamah Internasional
Penulisan Huruf Miring :
a.
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama
buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Contoh:
Majalah Bahasa dan Kesusastraan
b.
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau
mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata
Contoh:
Buatlah kalimat dengan berlepas
tangan
c.
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata
nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Contoh:
Nama ilmiah buah manggis ialah Garcinia mangostana.
3.
Penulisan Kata
a.
Kata dasar. Ditulis sebagai satu kesatuan
b.
Kata turunan
1) Ditulis serangkai dengan kata
dasarnya: dikelola, permainan
2) Imbuhan ditulis serangkai dengan
kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya, tapi unsur gabungan kata
ditulis terpisah jika hanya mendapat awalan atau akhiran
3) Imbuhan dan unsur gabungan kata
ditulis serangkai jika mendapat awalan dan akhiran sekaligus
4) Ditulis serangkai jika salah satu
unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi: adipati, narapidana
5) Diberi tanda hubung jika bentuk
terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital: non-Indonesia
6) Ditulis terpisah jika kata maha
sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata yang bukan kata
dasar: maha esa, maha pengasih
c.
Bentuk ulang.
d.
Ditulis lengkap dengan tanda hubung: anak-anak, sayur-mayur
e.
Gabungan kata
1)
Ditulis terpisah antarunsurnya: duta besar, kambing
hitam
2)
Dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian
di antara unsur yang bersangkutan untuk mencegah kesalahan pengertian: alat
pandang-dengar,anak-istri saya
3)
Ditulis serangkai untuk 47 pengecualian: acapkali, adakalanya, akhirulkalam, alhamdulillah, astagfirullah, bagaimana, barangkali, bilamana, bismillah, beasiswa,belasungkawa, bumiputra, daripada, darmabakti, darmasiswa, dukacita, halalbihalal, hulubalang, kacamata, kasatmata, kepada, keratabasa, kilometer, manakala,manasuka, mangkubumi, matahari, olahraga, padahal, paramasastra, peribahasa, puspawarna, radioaktif, sastramarga, saputangan, saripati, sebagaimana, sediakala,segitiga, sekalipun, silaturahmi, sukacita, sukarela, sukaria, syahbandar, titimangsa, wasalam
f. Suku kata - Pemenggalan kata
1)
Kata dasar
a)
Di antara dua vokal berurutan di tengah kata (diftong tidak
pernah diceraikan): ma-in.
b)
Sebelum huruf konsonan yang diapit dua vokal di tengah kata:
ba-pak.
c)
Di antara dua konsonan yang berurutan di tengah kata:
man-di.
d)
Di antara konsonan pertama dan kedua pada tiga konsonan yang
berurutan di tengah kata: ul-tra.
2)
Kata berimbuhan: Sesudah awalan atau sebelum akhiran:
me-rasa-kan.
3)
Gabungan kata: Di antara unsur pembentuknya: bi-o-gra-fi
g.
Kata depan. di, ke, dan dari ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali daripada, kepada, kesampingkan, keluar, kemari, terkemuka
h. Partikel
1)
Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya: betulkah, bacalah
2)
Partikel pun ditulis terpisah dari kata
yang mendahuluinya: apa pun, satu kali pun
3)
Partikel pun ditulis serangkai dengan kata
yang mendahuluinya untuk adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun,sekalipun, sungguhpun, walaupun
i.
Singkatan dan akronim
1)
Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau
pangkat diikuti dengan tanda titik: A.S. Kramawijaya, M.B.A.
2)
Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan,
badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal
kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik: DPR, SMA
3)
Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih
diikuti satu tanda titik: dst., hlm.
4)
Singkatan umum yang terdiri atas dua huruf diikuti tanda
titik pada setiap huruf: a.n., s.d.
5)
Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan,
dan mata uang tidak diikuti tanda titik: cm, Cu
6)
Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret
kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital: ABRI, PASI
7)
Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf
kapital: Akabri, Iwapi
8)
Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf,
suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya
ditulis dengan huruf kecil:pemilu, tilang
j.
Angka dan lambang bilangan.
Angka dipakai untuk menyatakan
lambang bilangan atau nomor yang lazimnya ditulis dengan angka Arab atau angka
Romawi.
a.
Fungsi
a)
menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi (ii)
satuan waktu (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas,
b)
melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada
alamat,
c)
menomori bagian karangan dan ayat kitab suci,
b.
Penulisan
a)
Lambang bilangan utuh dan pecahan dengan huruf
b)
Lambang bilangan tingkat
c)
Lambang bilangan yang mendapat akhiran -an
d)
Ditulis dengan huruf jika dapat dinyatakan dengan satu atau
dua kata, kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan,
seperti dalam perincian dan pemaparan
e)
Ditulis dengan huruf jika terletak di awal kalimat. Jika
perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan
dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat
f)
Dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca bagi bilangan
utuh yang besar
g)
Tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam
teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi
h)
Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf,
penulisannya harus tepat
k.
Kata ganti
1) Ku dan kau ditulis
serangkai dengan kata yang mengikutinya: kusapa, kauberi
2) Ku, mu, dan nya ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya: bukuku, miliknya
l.
Kata sandang. si dan sang ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya: sang Kancil, si
pengirim
4.
Penulisan Unsur Serapan
Proses penyerapan kosakata asing
ke dalam bahasa Indonesia, sebagian di antaranya mengalami perubahan ejaan dan
sebagian lainnya tidak. Proses perubahan itu dipilah dalam puluhan kaidah ejaan
kata serapan. Salah satu kaidah ejaan kata serapan yang mengalami perubahan
seperti contoh berikut.
a.
Huruf (q) dalam bahasa asing, termasuk bahasa Arab, akan
berubah menjadi (k) jika diserap dalam bahasa Indonesia seperti contoh berikut.
Contoh:
(aquarium) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (akuarium)
(aquarium) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (akuarium)
b.
Huruf (rh) dalam bahasa asing akan berubah menjadi ( r) jika
diserap dalam bahasa Indonesia seperti contoh berikut.
Contoh:
(rhythm) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata
serapannya menjadi (ritme)
c.
Huruf (sc) dalam bahasa asing jika diikuti huruf (a), (o),
(u) dan konsonan akan berubah menjadi (sk) jika diserap dalam bahasa Indonesia.
Contoh;
(scriptie) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (skripsi)
(scriptie) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (skripsi)
d.
Huruf (sc) dalam bahasa asing jika diikuti huruf (e), (i) dan
(y) akan berubah menjadi (s) jika diserap dalam bahasa Indonesia.
Contoh;
(scenography) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (senografi)
(scenography) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (senografi)
e.
Huruf (sch) jika diikuti oleh huruf vokal, jika diserap
dalam bahasa Indonesia akan menjadi (sk)
Contoh;
(schema) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (skema)
(schema) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (skema)
f.
Huruf (t) jika diikuti oleh huruf (i) maka akan berubah
menjadi (s) jika diserap dalam bahasa Indonesia.
Contoh;
(ratio) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (rasio)
(ratio) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (rasio)
g.
Huruf (th) dalam bahasa asing, jika diserap dalam bahasa
Indonesia akan berubah menjadi (t)
h.
Contoh;
(methode) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (metode)
(methode) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (metode)
i.
Beberapa huruf dan gabungan huruf berikut, (u), (ua), (ue),
(ui), (uo) dan (v), (w) serta (z) dalam bahasa asing, jika diserap dalam bahasa
Indonesia tidak akan mengalami perubahan.
Contoh;
(institute) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (institute)
(institute) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (institute)
j.
Huruf (uu) dalam bahasa asing, jika diserap dalam bahasa
Indonesia akan berubah menjadi (u).
Contoh;
(vacuum) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (vakum)
(vacuum) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (vakum)
k.
Huruf (x) yang berada di awal kata bahasa asing, jika
diserap dalam bahasa Indonesia tetap (x)
Contoh;
(xenon) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (xenon)
(xenon) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (xenon)
l.
Tapi, jika (x) berada dalam posisi lain, akan berubah
menjadi (ks)
Contoh;
(taxi) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (taksi)
(taxi) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (taksi)
m.
Jika gabungan huruf (xc) diikuti oleh (a), (u), (o) dan
konsonan akan berubah menjadi (ksk) jika diserap dalam bahasa Indonesia.
Contoh;
(exclusive) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (eksklusif)
(exclusive) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (eksklusif)
n.
Jika gabungan huruf (xc) diikuti oleh (e) dan (i), jika diserap
dalam bahasa Indonesia akan berubah menjadi (ks)
Contoh;
(excess) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (ekses)
(excess) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (ekses)
o.
Huruf (y) dalam bahasa asing akan berubah menjadi (i) jika
diserap dalam bahasa Indonesia.
Contoh;
(dynamo) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (dinamo)
(dynamo) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (dinamo)
p.
Huruf konsonan ganda dalam bahasa asing akan berubah menjadi
konsonan tunggal.
Contoh;
(effect) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (efek)
(effect) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (efek)
5.
Pembentukan Istilah
Pembentukan istilah asing yang
sudah menjadi perbendaharaan kata dalam bahasa Indonesia mengikuti kaidah yang
telah ditentukan, yaitu
a.
penyesuaian Ejaan.
Contoh : ae jika tidak bervariasi dengan e, tetap e, aerosol tetap aerosol
Contoh : ae jika tidak bervariasi dengan e, tetap e, aerosol tetap aerosol
b.
penyesuaian huruf gugus konsonan.
Contoh : flexible menjadi fleksibel
c.
penyesuaian akhiran.
Contoh : etalage menjadi etalase
Contoh : etalage menjadi etalase
d.
penyesuaian awalan.
Contoh : amputation menjadi amputasi
Contoh : amputation menjadi amputasi
6.
Pemakaian Tanda Baca
a.
Tanda Titik (.)
1)
Tanda titik dipakai
pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
Ayahku tinggal di Solo.
Misalnya:
Ayahku tinggal di Solo.
2)
Tanda titik dipakai
di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.
3)
Tanda titik dipakai
untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukan waktu.
Misalnya:
pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
Misalnya:
pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
4)
Tanda titik dipakai
untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukan jangka waktu.
Misalnya:
1.35.20 jam ( 1 jam, 35 menit, 20 detik)
Misalnya:
1.35.20 jam ( 1 jam, 35 menit, 20 detik)
5)
Tanda titik dipakai
di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya
dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltervreden: Balai Poestaka.
Misalnya:
Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltervreden: Balai Poestaka.
b.
Tanda Koma (,)
1)
Tanda koma dipakai
di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya:
Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
Misalnya:
Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
2)
Tanda koma dipakai
untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat serata berikutnya yang
didahului oleh kata sepertitetapi atau melainkan.
Misalnya:
Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
Misalnya:
Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
3)
Tanda koma dipakai
untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu
mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:.
Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
Misalnya:.
Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
4)
Tanda koma tidak
dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu
mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
Dia lupa akan janjinya karena sibuk.
Misalnya:
Dia lupa akan janjinya karena sibuk.
5)
Tanda koma dipakai
di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal
kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula,meskipun begitu,
akan tetapi.
Misalnya:
... Oleh karena itu, kita harus hati-hati.
Misalnya:
... Oleh karena itu, kita harus hati-hati.
c.
Tanda Titik Dua (:)
1)
Tanda titik dua
dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
Ketua : Moch. Achyar
Misalnya:
Ketua : Moch. Achyar
2)
Tanda titik dua
dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara surah dan
ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan,
serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya:
Surah Yasin:9
Marzuki dan Rudy W. 2006. Pembuatan Aneka Kerupuk. Jakarta: Penebar Swadaya.
Misalnya:
Surah Yasin:9
Marzuki dan Rudy W. 2006. Pembuatan Aneka Kerupuk. Jakarta: Penebar Swadaya.
3)
Titik dua dapat
dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
Ayah : “Karyo, sini kamu!”
Misalnya:
Ayah : “Karyo, sini kamu!”
4)
Titik dua dapat
dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau
pemerian.
Misalnya:
Pak Adi mempunyai tiga orang anak: Ardi, Aldi, dan Asdi.
Misalnya:
Pak Adi mempunyai tiga orang anak: Ardi, Aldi, dan Asdi.
d.
Tanda Tanya (?)
1)
Tanda tanya dipakai
pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
Kapan ia berangkat?
Misalnya:
Kapan ia berangkat?
2)
Tanda tanya dipakai
di dalam kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan kebenarannya.
Misalnya:
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
Misalnya:
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
e.
Tanda Seru (!)
1)
Tanda seru dipakai
pada akhir kalimat printah.
Misalnya:
Jangan berisik!
Misalnya:
Jangan berisik!
2)
Tanda seru dipakai pada akhir ungkapan
atau pernyataan yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ketakjuban,
ataupun rasa emosi yang kuat.
Misalnya:
Indah sekali pemandangan alam ini!
Misalnya:
Indah sekali pemandangan alam ini!
f.
Tanda Kurung
((...))
1)
Tanda kurung
mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
Komisi A telah selesai menyusun GBPK (Garis-Garis Besar Program Kerja) dalam sidang pleno tersebut.
Misalnya:
Komisi A telah selesai menyusun GBPK (Garis-Garis Besar Program Kerja) dalam sidang pleno tersebut.
2)
Tanda kurung
mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok
pembicaraan.
Misalnya:
Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan perkembangan per-ekonomian Indonesia lima tahun terakhir.
Misalnya:
Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan perkembangan per-ekonomian Indonesia lima tahun terakhir.
3)
Tanda kurung
mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Misalnya:
Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.
Misalnya:
Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.
g.
Tanda Petik (“...”)
1)
Tanda petik
mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan
tertulis lainnya.
Misalnya:
Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia.”
Misalnya:
Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia.”
2)
Tanda petik
mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
Sajak “Berdiri Aku” terdaapat pada halaman 5 buku itu.
Misalnya:
Sajak “Berdiri Aku” terdaapat pada halaman 5 buku itu.
3)
Tanda petik
mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti
khusus.
Misalnya:
Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan “si Hitam”.
Misalnya:
Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan “si Hitam”.
h.
Tanda Garis Miring
(/)
1)
Tanda garis miring
dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu
tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Misalnya:
No. 12/PK/2005
Misalnya:
No. 12/PK/2005
2)
Tanda garis miring
dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.
Misalnya:
Laki-laki/Perempuan
120 km/jam
Misalnya:
Laki-laki/Perempuan
120 km/jam
i.
Tanda Hubung (-)
1)
Tanda hubung
menyambung suku-suku kata dasar atau kata berimbuhan yang terpisah oleh
pergantian baris.
Misalnya:
Industri tersebut dapat dikembangkan men-jadi industri padat karya.
Misalnya:
Industri tersebut dapat dikembangkan men-jadi industri padat karya.
2)
Tanda hubung
menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:
Anak-anak, kupu-kupu, berulang-ulang, kemerah-merahan, mondar-mandir, sayur-mayur
Misalnya:
Anak-anak, kupu-kupu, berulang-ulang, kemerah-merahan, mondar-mandir, sayur-mayur
3)
Tanda hubung
menyambung huruf dari kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Misalnya:
17-08-1945
Misalnya:
17-08-1945
4)
Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan
kata dengan kata berikutnya atau sebelumnya yang dimulai dengan huruf kapital,
kata/huruf dengan angka, angka dengan kata/huruf.
Misalnya:
se-Indonesia, se-Jabodetabek, mem-PHK-kan, sinar-X, peringkat ke-2, S-1, tahun 50-an
Misalnya:
se-Indonesia, se-Jabodetabek, mem-PHK-kan, sinar-X, peringkat ke-2, S-1, tahun 50-an
5)
Tanda hubung
dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Misalnya:
di-smash, pen-tackle-an
Misalnya:
di-smash, pen-tackle-an
j.
Tanda Pisah
1)
Tanda pisah
membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.
Misalnya:
Kemerdekaan bangsa itu––saya yakin akan tercapai––diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
Misalnya:
Kemerdekaan bangsa itu––saya yakin akan tercapai––diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
2)
Tanda pisah
menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat
menjadi lebih jelas.
Misalnya:
pembelahan atom––telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
Misalnya:
pembelahan atom––telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
3)
Tanda pisah dipakai
di antara dua bilangan atau kata dengan arti ‘sampai dengan’ atau ‘sampai ke’.
Misalnya:
tanggal 1––10 Mei 2007
Jakarta––Bandung
Misalnya:
tanggal 1––10 Mei 2007
Jakarta––Bandung
k.
Tanda Elipsis (...)
1)
Tanda elipsis
dipakai dalam kalimat atau dialog yang terputus-putus.
Misalnya:
Kalau begitu ... ya, ayo kita berangkat.
Misalnya:
Kalau begitu ... ya, ayo kita berangkat.
2)
Tanda elipsis
menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
Ibu baru pulang ... pasar.
Misalnya:
Ibu baru pulang ... pasar.
l.
Tanda Kurung Siku
([...])
1)
Tanda kurung siku mengapit
huruf, kata, atau kelompok kata sebagai korekssi atau tambahan pada kalimat
atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa
kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
Misalnya:
Sang Puteri men[d]engar bunyi gemerisik.
Misalnya:
Sang Puteri men[d]engar bunyi gemerisik.
2)
Tanda kurung siku
mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Misalnya:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35––38]) perlu dibentangkan di sini.
Misalnya:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35––38]) perlu dibentangkan di sini.
m.
Tanda Penyingkat
atau Apostrof (‘)
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau
bagian angka tahun.
Misalnya:
17 Agustus ’45 (’45 = 1945)
Misalnya:
17 Agustus ’45 (’45 = 1945)
BAB III
PENUTUP
6.1
Kesimpulan
1)
Ejaan Yang Disempurnakan adalah ejaan yang dihasilkan dari
penyempurnaan atas ejaan-ejaan sebelumnya.Sedangkan Bahasa adalah suatu sistem
dari lambang bunyi arbitrer yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dipakai
oleh masyarakat komunikasi, kerja sama dan identifikasi diri
2) Dasar yang paling baik untuk melambangkan bunyi ujaran atau
bahasa adalah satu bunyi ujaran yang membedakan arti dilambangkan dengan satu
lambang tertentu. Keseluruhan peraturan tentang cara menggambarkan
lambang-lambang bunyi ujaran dalam suatu bahasa termasuk masalah yang
dibicarakan dalam ejaan. Yang dimaksud dengan ejaan adalah cara melafalkan dan
menuliskan huruf, kata, unsur serapan dan tanda baca
3)
Ruang Lingkup EYD
meliputi : Pemakaian Huruf, Penulisan
Huruf, Penulisan Kata, Penyerapan Unsur Serapan, Pembentukan Istilah, dan Penggunaan
Tanda Baca. Dari berbagai macam kesimpulan, maka penggunaan tanda baca perlu
untuk dipahami dan dipelajari lebih detail agar penggunaan tanda baca pada
karya ilmiah yang kita buat menjadi benar dan mudah dipahami oleh orang-orang
yang akan membaca karya tulis kita.
3.2 Kritik dan Saran
Dalam pengumpulan materi di atas
tentunya kami banyak mengalami kekurangan dan kesalahan. Demikian
makalah yang dapat kami buat. Apabila ada kata-kata yang kurang berkenan di
hati atau belum sesuai dengan apa yang Anda harapkan, kami mohon maaf. Untuk
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun kami agar dalam
tugas-tugas selanjutnya,kami dapat menyelesaikannya dengan lebih baik lagi.
3.3 Daftar Pustaka
1. https://bagus3handoko.wordpress.com/2014/03/19/kaidah-ejaan-penulisan-bahasa-indonesia/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar