Clixsense

Minggu, 28 Februari 2016

Bahasa Indonesia | Makalah EYD dan Tanda Baca


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Dalam pemahaman umum, bahasa Indonesia sudah diketahui sebagai alat berkomunikasi. Setiap situasi memungkinkan seseorang memilih variasi bahasa yang akan digunakannya. Berbagai faktor turut menentukan pemilihan tersebut, seperti penulis, pembaca, pokok pembicaraan, dan sarana.
Dalam situasi resmi, misalnya dalam kegiatan ilmiah, sudah sepantasnya digunakan bahasa Indonesia ragam baku. Salah satu ciri ragam bahasa ilmiah ialah benar (Nazar, 2004: 101; bandingkan pula Djajasudarma, 1999: 128). Pemahaman benar yaitu menyangkut kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia baku. Ragam bahasa baku dipahami sebagai ragam bahasa yang dipandang sebagai ukuran yang pantas dijadikan standar dan memenuhi syarat sebagai ragam bahasa orang yang berpendidikan. Kaidah yang menyertai ragam baku mantap, tetapi tidak kaku, cukup luwes sehingga memungkinkan perubahan yang bersistem dan teratur di berbagai bidang. Hal ini tentu saja dalam kerangka bahasa Indonesia yang baik dan benar. Baik dalam pemahaman sesuai dengan situasi dan benar dalam pemahaman sesuai dengan kaidah tata bahasa (Sugihastuti, 2003: 9).

Bahasa dalam laporan penelitian, sebagaimana telah dijelaskan, memilih ragam baku sebagai sarananya, benar kaidahnya, dan memenuhi ciri sebagai ragam standar orang berpendidikan. Namun, pada kenyataannya masih banyak ditemukan kesalahan dalam berbagai tataran bahasa, termasuk dalam penggunaan Ejaan bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD). Ejaan sebagaimana telah dipahami bersama adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran dan bagaimana antarhubungan antara lambang itu. Secara teknis yang dimaksud ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca (Arifin & Tasai, 2004: 170; baca pula Mustakim, 1996; Rahardi, 2003). Oleh karena itu, penguasaan ejaan mutlak diperlukan bagi seseorang yang berkecimpung dalam kegiatan ilmiah. Berikut ini disajikan kaidah ejaan yang sering dilanggar berikut pembetulannya (contoh-contoh diambil dari Nazar, 2004).
1.2 Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan EYD dan bahasa?
2.      Bagaimana ejaan dan kaidah kata tulisan yang benar?
3.      Jelaskan ruang lingkup EYD !

1.3  Tujuan
1.      Dapat menjelaskan tentang Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
2.      Dapat memahami fungsi dari macam-macam tanda baca yang ada
3.      Dapat memahami tata cara dan letak dalam penggunaan tanda baca
4.      Dapat membuat sebuah karya tulis dengan tanda baca yang baik dan benar
5.      Dapat memahami dan mengembangkan tulisan dengan tanda baca yang baik dan benar

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian EYD dan Bahasa
Menurut Chaer (2006: 36) ejaan adalah konvensi grafts, perjanjian di antara anggota masyarakat pemakai suatu bahasa untuk menuliskan bahasanya, yang berupa pelambangar fonem dengan huruf, mengatur cara penulisan kata dan penulisan kalimat, beserta dengan tanda-tanda bacanya.
Wirjosoedarmo (1984: 61) berpendapat bahwa ejaan adalah aturan menuliskan bunyi ucapan dalam bahasa dengan tanda-tanda atau lambang-lambang.
Keraf (1984: 47) berpendapat bahwa ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana menggambarkan lambang-larnbang bunyi-ujaran dan bagaimana inter-relasi antara lambang-lambang itu (pemisahannya, penggabungannya) dalam suatu bahasa.
Kridalaksana (2008: 54) mengemukakan bahwa ejaan adalah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis menulis yang distandarisasikan. yang la/irn mempunyai 3 aspek, yakni aspek fonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan penyusunan abjad, aspek morfologis yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morfcmis, dan aspek sintaksis yang menyangkut penanda ujaran berupa tanda baca.
Menurut KBBI (2005: 285) ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dsb) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi bahasa dengan kaidah dalam bentuk tulisan yang mempunyai 3 aspek, yakni aspek fonologis yang menyangkut penggambaran fonern dengan huruf dan penyusunan abjad, aspek morfologis yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morfeinis, aspek sintaksis yang menyangkut penanda ujaran berupa tanda baca.
EYD (Ejaan yang Disempurnakan) adalah tata bahasa dalam Bahasa Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian dan penulisan huruf capital dan huruf miring, serta penulisan unsur serapan. EYD disini diartikan sebagai tata bahasa yang disempurnakan.  Singkatnya EYD digunakan untuk membuat tulisan dengan cara yang baik dan benar.

Pengertian Ejaan secara singkat  ialah keseluruhan system dan peraturan penulisan bunyi bahasa untuk mencapai keseragaman. Ejaan Yang Disempurnakan adalah ejaan yang dihasilkan dari penyempurnaan atas ejaan-ejaan sebelumnya.
Sedangkan Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbitrer yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat komunikasi, kerja sama dan identifikasi diri. Bahasa lisan merupakan bahasa primer, sedangkan bahasa tulisan adalah bahasa sekunder.Arbitrer yaitu tidak adanya hubungan antara lambang bunyi dengan bendanya.
      2.2 Ejaan dan Kaidah Kata Tulisan
Dasar yang paling baik untuk melambangkan bunyi ujaran atau bahasa adalah satu bunyi ujaran yang membedakan arti dilambangkan dengan satu lambang tertentu. Lambang yang dipakai untuk mewujudkan bunyi ujaran itu biasa disebut huruf. Dengan huruf-huruf itulah manusia dapat menuliskan gagasan yang semula hanya disampaikan secara lisan.
Keseluruhan peraturan tentang cara menggambarkan lambang-lambang bunyi ujaran dalam suatu bahasa termasuk masalah yang dibicarakan dalam ejaan. Yang dimaksud dengan ejaan adalah cara melafalkan dan menuliskan huruf, kata, unsur serapan dan tanda baca. Bahasa Indonesia menggunakan ejaan fonemik, yaitu hanya satuan bunyi yang berfungsi dalam bahasa Indonesia yang dilambangkan dengan huruf. Jumlah lambang diperlukan tidak terlalu banyak.
Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan berlaku sejak tahun 1972 sebagai hasil penyempurnaan ejaan yang berlaku sebelumnya, yaitu ejaan Van Ophuysen (1901) dan Ejaan Republik (1947). Ejaan yang berlaku dalam bahasa Indonesia sekarang menganut sistem ejaan fonemis, yaitu satu tanda (huruf) satu bunyi, tetapi kenyataan masih terdapat kekurangan. Kekurangan tersebut terlihat pada adanya fonem (bunyi) yang masih dilambangkan dengan dua tanda, yaitu /ng/,/ny/,/kh/,dan/sy/. Sebaliknya ada dua fonem yang dilambangkan dengan satu tanda saja, yaitu /e/, pepet dan /e/taling. Hal ini dapat menimbulkan hambatan dalam penyusunan ejaan bahasa Indonesia yang lebih sempurna. Kaidah ejaan penulisan yang benar akan dibahas lebih lanjut di dalam ruang lingkup EYD.


2.3  Ruang Lingkup EYD
Ruang lingkup EYD mencangkup lima aspek,
yaitu:
1.    Pemakaian huruf
a.    Huruf abjad. Ada 26 yang masing-masing memiliki jenis huruf besar dan kecil.
b.    Huruf vokal. Ada 5: a, e, i, o, dan u. Tanda aksen é dapat digunakan pada huruf e jika ejaan kata menimbulkan keraguan.
c.    Huruf konsonan. Ada 21: b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
1)   Huruf c, q, v, w, x, dan y tidak punya contoh di akhir kata.
2)   Huruf x tidak punya contoh di tengah kata.
3)   Huruf q dan x digunakan khusus untuk nama dan keperluan ilmu.
d.   Huruf diftong. Ada 3: ai, au, dan oi.
e.    Gabungan huruf konsonan. Ada 4: kh, ng, ny, dan sy.

2.    Penulisan Huruf
Penulisan Huruf Besar Dan Huruf Kapital :
a.    Huruf pertama kata ganti “Anda”.
Contoh:
Saya sudah menyerahkan uang itu kepada Anda setahun yang lalu untuk dibelikan DVD player.
b.    Huruf pertama pada awal kalimat.
Contoh:
Anak itu memang kurang ajar.
c.    Huruf pertama unsur nama orang.
Contoh:
Yusuf Bin Sanusi
d.   Huruf pertama untuk penamaan geografi.
Contoh:
Jalan Kramat Sentiong
e.    Huruf pertama petikan langsung.
Contoh:
Pak kumis bertanya, “Siapa yang mencuri jambu klutuk di kebunku?”
f.     Huruf pertama nama jabatan atau pangkat yang diikuti nama orang atau instansi.
Contoh:
Sekretaris Jendral Departemen Pendidikan Nasional
g.    Huruf Pertama pada nama Negara, Pemerintahan, Lembaga Negara, juga Dokumen (kecuali kata dan).
Contoh:
Mahkamah Internasional
Penulisan Huruf Miring :
a.    Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat  kabar yang dikutip dalam tulisan.
Contoh:
Majalah Bahasa dan Kesusastraan
b.    Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata
Contoh:
Buatlah kalimat dengan berlepas tangan
c.    Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Contoh:
Nama ilmiah buah manggis ialah Garcinia mangostana.

3.      Penulisan Kata
a.    Kata dasar. Ditulis sebagai satu kesatuan
b.    Kata turunan
1)   Ditulis serangkai dengan kata dasarnya: dikelolapermainan
2)   Imbuhan ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya, tapi unsur gabungan kata ditulis terpisah jika hanya mendapat awalan atau akhiran
3)   Imbuhan dan unsur gabungan kata ditulis serangkai jika mendapat awalan dan akhiran sekaligus
4)   Ditulis serangkai jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi: adipatinarapidana
5)   Diberi tanda hubung jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital: non-Indonesia
6)   Ditulis terpisah jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata yang bukan kata dasar: maha esamaha pengasih
c.    Bentuk ulang.
d.      Ditulis lengkap dengan tanda hubung: anak-anaksayur-mayur
e.    Gabungan kata
1)   Ditulis terpisah antarunsurnya: duta besarkambing hitam
2)   Dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan untuk mencegah kesalahan pengertian: alat pandang-dengar,anak-istri saya
3)   Ditulis serangkai untuk 47 pengecualian: acapkaliadakalanyaakhirulkalamalhamdulillahastagfirullahbagaimanabarangkalibilamanabismillahbeasiswa,belasungkawabumiputradaripadadarmabaktidarmasiswadukacitahalalbihalalhulubalangkacamatakasatmatakepadakeratabasakilometermanakala,manasukamangkubumimatahariolahragapadahalparamasastraperibahasapuspawarnaradioaktifsastramargasaputangansaripatisebagaimanasediakala,segitigasekalipunsilaturahmisukacitasukarelasukariasyahbandartitimangsawasalam
f.     Suku kata - Pemenggalan kata
1)   Kata dasar
a)    Di antara dua vokal berurutan di tengah kata (diftong tidak pernah diceraikan): ma-in.
b)   Sebelum huruf konsonan yang diapit dua vokal di tengah kata: ba-pak.
c)    Di antara dua konsonan yang berurutan di tengah kata: man-di.
d)   Di antara konsonan pertama dan kedua pada tiga konsonan yang berurutan di tengah kata: ul-tra.
2)   Kata berimbuhan: Sesudah awalan atau sebelum akhiran: me-rasa-kan.
3)   Gabungan kata: Di antara unsur pembentuknya: bi-o-gra-fi
g.    Kata depandike, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali daripadakepadakesampingkankeluarkemariterkemuka
h.    Partikel
1)   Partikel -lah-kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya: betulkahbacalah
2)   Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya: apa punsatu kali pun
3)   Partikel pun ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya untuk adapunandaipunataupunbagaimanapunbiarpunkalaupunkendatipunmaupunmeskipun,sekalipunsungguhpunwalaupun
i.      Singkatan dan akronim
1)   Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik: A.S. KramawijayaM.B.A.
2)   Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik: DPRSMA
3)   Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik: dst.hlm.
4)   Singkatan umum yang terdiri atas dua huruf diikuti tanda titik pada setiap huruf: a.n.s.d.
5)   Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik: cmCu
6)   Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital: ABRIPASI
7)   Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital: AkabriIwapi
8)   Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil:pemilutilang
j.      Angka dan lambang bilangan.
Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor yang lazimnya ditulis dengan angka Arab atau angka Romawi.
a.    Fungsi
a)    menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi (ii) satuan waktu (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas,
b)   melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat,
c)    menomori bagian karangan dan ayat kitab suci,
b.    Penulisan
a)    Lambang bilangan utuh dan pecahan dengan huruf
b)   Lambang bilangan tingkat
c)    Lambang bilangan yang mendapat akhiran -an
d)   Ditulis dengan huruf jika dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata, kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan
e)    Ditulis dengan huruf jika terletak di awal kalimat. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat
f)    Dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca bagi bilangan utuh yang besar
g)   Tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi
h)   Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat
k.     Kata ganti
1)   Ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya: kusapakauberi
2)   Kumu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya: bukukumiliknya
l.           Kata sandangsi dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya: sang Kancilsi pengirim

4.      Penulisan Unsur Serapan
Proses penyerapan kosakata asing ke dalam bahasa Indonesia, sebagian di antaranya mengalami perubahan ejaan dan sebagian lainnya tidak. Proses perubahan itu dipilah dalam puluhan kaidah ejaan kata serapan. Salah satu kaidah ejaan kata serapan yang mengalami perubahan seperti contoh berikut.
a.    Huruf (q) dalam bahasa asing, termasuk bahasa Arab, akan berubah menjadi (k) jika diserap dalam bahasa Indonesia seperti contoh berikut.
Contoh:
(aquarium) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (akuarium)
b.    Huruf (rh) dalam bahasa asing akan berubah menjadi ( r) jika diserap dalam bahasa Indonesia seperti contoh berikut.
Contoh:
(rhythm) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (ritme)
c.    Huruf (sc) dalam bahasa asing jika diikuti huruf (a), (o), (u) dan konsonan akan berubah menjadi (sk) jika diserap dalam bahasa Indonesia.
Contoh;
(scriptie) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (skripsi)

d.   Huruf (sc) dalam bahasa asing jika diikuti huruf (e), (i) dan (y) akan berubah menjadi (s) jika diserap dalam bahasa Indonesia.
Contoh;
(scenography) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (senografi)
e.    Huruf (sch) jika diikuti oleh huruf vokal, jika diserap dalam bahasa Indonesia akan menjadi (sk)
Contoh;
(schema) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (skema)
f.     Huruf (t) jika diikuti oleh huruf (i) maka akan berubah menjadi (s) jika diserap dalam bahasa Indonesia.
Contoh;
(ratio) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (rasio)
g.    Huruf (th) dalam bahasa asing, jika diserap dalam bahasa Indonesia akan berubah menjadi (t)
h.    Contoh;
(methode) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (metode)
i.      Beberapa huruf dan gabungan huruf berikut, (u), (ua), (ue), (ui), (uo) dan (v), (w) serta (z) dalam bahasa asing, jika diserap dalam bahasa Indonesia tidak akan mengalami perubahan.
Contoh;
(institute) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (institute)
j.          Huruf (uu) dalam bahasa asing, jika diserap dalam bahasa Indonesia akan berubah menjadi (u).
Contoh;
(vacuum) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (vakum)
k.        Huruf (x) yang berada di awal kata bahasa asing, jika diserap dalam bahasa Indonesia tetap (x)
Contoh;
(xenon) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (xenon)
l.          Tapi, jika (x) berada dalam posisi lain, akan berubah menjadi (ks)
Contoh;
(taxi) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (taksi)
m.      Jika gabungan huruf (xc) diikuti oleh (a), (u), (o) dan konsonan akan berubah menjadi (ksk) jika diserap dalam bahasa Indonesia.
Contoh;
(exclusive) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (eksklusif)
n.        Jika gabungan huruf (xc) diikuti oleh (e) dan (i), jika diserap dalam bahasa Indonesia akan berubah menjadi (ks)
Contoh;
(excess) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (ekses)
o.        Huruf (y) dalam bahasa asing akan berubah menjadi (i) jika diserap dalam bahasa Indonesia.
Contoh;
(dynamo) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (dinamo)
p.        Huruf konsonan ganda dalam bahasa asing akan berubah menjadi konsonan tunggal.
Contoh;
(effect) diserap dalam bahasa Indonesia, ejaan kata serapannya menjadi (efek)


5.      Pembentukan Istilah
Pembentukan istilah asing yang sudah menjadi perbendaharaan kata dalam bahasa Indonesia mengikuti kaidah yang telah ditentukan, yaitu
a.         penyesuaian Ejaan.
Contoh : ae jika tidak bervariasi dengan e, tetap e, aerosol tetap aerosol
b.        penyesuaian huruf gugus konsonan.
 Contoh : flexible  menjadi fleksibel
c.          penyesuaian akhiran.
 Contoh : etalage  menjadi etalase
d.        penyesuaian awalan.
    Contoh : amputation  menjadi amputasi

6.      Pemakaian Tanda Baca
a.    Tanda Titik (.)
1)   Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
Ayahku tinggal di Solo.
2)   Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.
3)   Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukan waktu.
Misalnya:
pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
4)   Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukan jangka waktu.
Misalnya:
1.35.20 jam ( 1 jam, 35 menit, 20 detik)
5)   Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltervreden: Balai Poestaka.
b.    Tanda Koma (,)
1)   Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya:
Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
2)   Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat serata berikutnya yang didahului oleh kata sepertitetapi atau melainkan.
Misalnya:
Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
3)   Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:.
Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
4)   Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
Dia lupa akan janjinya karena sibuk.
5)   Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula,meskipun begitu, akan tetapi.
Misalnya:
... Oleh karena itu, kita harus hati-hati.
c.    Tanda Titik Dua (:)
1)      Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
Ketua : Moch. Achyar
2)      Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara surah dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya:
Surah Yasin:9
Marzuki dan Rudy W. 2006. Pembuatan Aneka Kerupuk. Jakarta: Penebar Swadaya.
3)      Titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
Ayah : “Karyo, sini kamu!”
4)      Titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya:
Pak Adi mempunyai tiga orang anak: Ardi, Aldi, dan Asdi.
d.   Tanda Tanya (?)
1)   Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
Kapan ia berangkat?
2)   Tanda tanya dipakai di dalam kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan kebenarannya.
Misalnya:
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.

e.    Tanda Seru (!)
1)   Tanda seru dipakai pada akhir kalimat printah.
Misalnya:
Jangan berisik!
2)   Tanda seru dipakai pada akhir ungkapan atau pernyataan yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ketakjuban, ataupun rasa emosi yang kuat.
Misalnya:
Indah sekali pemandangan alam ini!
f.     Tanda Kurung ((...))
1)   Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
Komisi A telah selesai menyusun GBPK (Garis-Garis Besar Program Kerja) dalam sidang pleno tersebut.
2)   Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Misalnya:
Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan perkembangan per-ekonomian Indonesia lima tahun terakhir.
3)   Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Misalnya:
Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.
g.    Tanda Petik (“...”)
1)   Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lainnya.
Misalnya:
Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia.”
2)   Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
Sajak “Berdiri Aku” terdaapat pada halaman 5 buku itu.
3)   Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Misalnya:
Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan “si Hitam”.
h.    Tanda Garis Miring (/)
1)   Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Misalnya:
No. 12/PK/2005
2)   Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.
Misalnya:
Laki-laki/Perempuan
120 km/jam
i.      Tanda Hubung (-)
1)   Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar atau kata berimbuhan yang terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya:
Industri tersebut dapat dikembangkan men-jadi industri padat karya.
2)   Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:
Anak-anak, kupu-kupu, berulang-ulang, kemerah-merahan, mondar-mandir, sayur-mayur
3)   Tanda hubung menyambung huruf dari kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Misalnya:
17-08-1945
4)   Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan kata dengan kata berikutnya atau sebelumnya yang dimulai dengan huruf kapital, kata/huruf dengan angka, angka dengan kata/huruf.
Misalnya:
se-Indonesia, se-Jabodetabek, mem-PHK-kan, sinar-X, peringkat ke-2, S-1, tahun 50-an
5)   Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Misalnya:
di-smash, pen-tackle-an
j.      Tanda Pisah
1)   Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.
Misalnya:
Kemerdekaan bangsa itu––saya yakin akan tercapai––diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
2)   Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya:
pembelahan atom––telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
3)   Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau kata dengan arti ‘sampai dengan’ atau ‘sampai ke’.
Misalnya:
tanggal 1––10 Mei 2007
Jakarta––Bandung
k.    Tanda Elipsis (...)
1)   Tanda elipsis dipakai dalam kalimat atau dialog yang terputus-putus.
Misalnya:
Kalau begitu ... ya, ayo kita berangkat.
2)   Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
Ibu baru pulang ... pasar.
l.      Tanda Kurung Siku ([...])
1)   Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai korekssi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
Misalnya:
Sang Puteri men[d]engar bunyi gemerisik.
2)   Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Misalnya:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35––38]) perlu dibentangkan di sini.
m.  Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘)
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Misalnya:
17 Agustus ’45 (’45 = 1945)






BAB III
PENUTUP
6.1    Kesimpulan
1)      Ejaan Yang Disempurnakan adalah ejaan yang dihasilkan dari penyempurnaan atas ejaan-ejaan sebelumnya.Sedangkan Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbitrer yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat komunikasi, kerja sama dan identifikasi diri
2)      Dasar yang paling baik untuk melambangkan bunyi ujaran atau bahasa adalah satu bunyi ujaran yang membedakan arti dilambangkan dengan satu lambang tertentu. Keseluruhan peraturan tentang cara menggambarkan lambang-lambang bunyi ujaran dalam suatu bahasa termasuk masalah yang dibicarakan dalam ejaan. Yang dimaksud dengan ejaan adalah cara melafalkan dan menuliskan huruf, kata, unsur serapan dan tanda baca
3)      Ruang Lingkup EYD meliputi : Pemakaian Huruf,  Penulisan Huruf, Penulisan Kata, Penyerapan Unsur Serapan, Pembentukan Istilah, dan Penggunaan Tanda Baca. Dari berbagai macam kesimpulan, maka penggunaan tanda baca perlu untuk dipahami dan dipelajari lebih detail agar penggunaan tanda baca pada karya ilmiah yang kita buat menjadi benar dan mudah dipahami oleh orang-orang yang akan membaca karya tulis kita.
3.2  Kritik dan Saran
Dalam pengumpulan materi di atas tentunya kami banyak mengalami kekurangan dan kesalahan. Demikian makalah yang dapat kami buat. Apabila ada kata-kata yang kurang berkenan di hati atau belum sesuai dengan apa yang Anda harapkan, kami mohon maaf. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun kami agar dalam tugas-tugas selanjutnya,kami dapat menyelesaikannya dengan lebih baik lagi.


3.3 Daftar Pustaka
1.      https://bagus3handoko.wordpress.com/2014/03/19/kaidah-ejaan-penulisan-bahasa-indonesia/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar